Wednesday 27 January 2016

Asal – usul nama ujungberung

Asal-usul atau etimologis nama Ujungberung hanya dapat kita lacak dalam tradisi lisan yang berkembang dalam masyarakat. Terdapat beberapa versi asal-usul nama Ujungberung. Versi pertama berdasarkan legenda dalam masyarakat yaitu ketika Sangkuriang sedang sibuk membuat perahu. Seperti kita ketahui dalam masyarakat Sunda sangat dikenal dengan cerita legenda Sangkuriang yang hendak meminang Dayang Sumbi yang sesungguhnya adalah ibunya sendiri. Untuk menghalangi keinginan tersebut Dayang Sumbi meminta syarat untuk dibuatkan sebuah perahu dalam semalam. Rupanya Sangkuriang hampir dapat menyelesaikan perahu tersebut menjelang matahari terbit. Dayang Sumbi merasa khawatir dan untuk menghalangi pembuatan perahu yang hampir selesai tersebut ia berlari ke atas bukit dan melambai-lambaikan selendang mayang miliknya untuk memohon sang surya agar segera terbit. Permohonan tersebut terkabul, sang surya terbit (versi lain menyebutkan bahwa tindakan tersebut isyarat bagi para wanita agar menumbukkan alu ke lisung menandakan hari sudah pagi untuk mengelabui 7 guriang, makhluk gaib yang membantu pekerjaan Sangkurian). Menyadari pekerjaannya telah gagal karena kesiangan, Sangkuriangpun marah dan menendang perahunya hingga tertelungkup. Konon perahu yang tertelungkup itu menjelma menjadi Gunung Tangkupan Parahu, sedangkan selendang mayang milik Dayang Sumbi berubah menjadi Gunung Manglayang, dan tempat akhir dari usaha Sangkuriang dalam mengumbar nafsu untuk mewujudkan keinginannya mempersunting Dayang Sumbi disebut Ujungberung, yaitu tempat “ujung-na nga-berung nafsu”, merupakan akhir dari nafsu untuk mewujudkan permintaan Dayang Sumbi sebagai syarat pernikahan.(Wijaya, 2009: 25)
Versi kedua berdasarkan sejarah ialah ketika Dipati Ukur1 dikejar oleh tentara Mataram sampai di suatu tempat di pinggiran danau Bandung Purba di sebelah timur Bandung. Tempat tersebut ditumbuhi oleh tanaman bambu yang sangat lebat sehingga Dipati Ukur dapat menyembunyikan diri dan tidak dapat ditemukan oleh tentara Mataram. Tempat itu bernama “Bojong Awi” (bojong, bobojong = daerah tepian telaga; awi = bambu). Peristiwa itu dianggap oleh tentara Mataram sebagai ujung-nya dari suatu usaha pengejaran yang sangat panjang, dalam nga-berung nafsu (mengumbar nafsu) untuk menangkap sang adipati. Maka wilayah pengejaran tersebut diberi nama Ujungberung. (Wijaya, 2009: 26)

No comments: